Negeri
itu bernama negeri kacau, berpenduduk 241.452.952 jiwa. Negeri kacau memiliki ideologi
namanya ideologi duo nirwana, penduduk negeri kacau mengartikan duo nirwana itu
adalah dua dasar yang menjadi acuan setiap warga negara untuk mencapai
kesempurnaan, dasar pertama yaitu “yang miskin semakin miskin dan yang kaya
semakin kaya”, sedangkan dasar kedua yaitu “yang bodoh diinjak dan yang pintar
menginjak-injak”, namun di negeri itu semua rakyatnya miskin dan bodoh, tak ada
yang kaya dan tak ada yang pintar kecuali mereka yang menjadi dewan-dewan.
Pemimpin
negeri itu adalah seekor singa, jika berucap tentulah nyaring bunyinya seperti
gong namun jika memecahkan masalah tentulah raja itu sangat bodoh dan sangat
lamban, raja itu mempunyai dewan-dewan yang sangat licik, dewan itu semuanya
tikus-tikus, ada tikus rumah yaitu pemimpin dari tikus-tikus yang lain, ada
tikus sawah yaitu bawahan dari tikus rumah, dan ada tikus got yaitu bawahan
dari tikus sawah, namun tikus-tikus itu semuanya sangat pintar, pintar
berbohong, membohongi semua rakyat.
Rakyat
negeri kacau itu adalah kerbau, kerbau yang bodoh tak berpendidikan, karena di
negeri itu tidak ada namanya sekolahan, jika musim hujan para kerbau itu
bertani dan bercocok tanam jika musim kemarau kerbau-kerbau itu hanya
tidur-tiduran dan menyerahkan upeti kepada raja dan para dewan, upeti sifatnya
wajib. Jika ada kerbau yang tidak membayar upeti, maka bersiaplah kerbau itu kehilangan
kepalanya untuk dijadikan makanan burung jalak dan digantung di tiang-tiang
yang menjulang tinggi untuk dijadikan tontonan kepada kerbau-kerbau yang lain,
kerbau-kerbau itu sangat patuh terhadap titah raja, karena menurut kepercayaan
negeri itu raja merupakan titisan dewa, sehingga melanggar titah raja maka akan
mendapatkan musibah tak alang kepalang.
Pada
suatu hari terjadilah kemarau panjang, tak ada lagi musim hujan, tak ada lagi
tanam menanam, tak ada lagi padi, tak ada lagi jagung apalagi buah-buahan,
semasa musim kemarau buah-buahan ludes dimakan kelelawar, tanah negeri itu
menjadi retak-retak seperti jurang-jurang yang sangat curam, air hanya ada di
laut saja, sehingga banyak diantara kerbau-kerbau itu mati kelaparan dan
kehausan, hanya sedikit dari kerbau-kerbau itu yang masih bertahan, biasanya
yang masih bertahan itu adalah kerbau-kerbau yang hemat dan rajin menabung padi
dalam lumbungnya.
Para
penghuni istana mulai kelaparan, tampak para dewan yang terdiri dari tikus
rumah, tikus sawah dan tikus got mengadakan rapat mendadak, untuk mengatasi
musim kemarau panjang itu, dan hasil keputusan rapat akbar itu keluar, yaitu
KERBAU-KERBAU YANG MEMPUNYAI SIMPANAN PADI DILUMBUNG HARUS MENYERAHKAN SEPARUHNYA
KEPADA ISTANA.
Keesokan
harinya sang baginda raja singa berdiri diatas mimbar dan berpidato sangat
lantang, “ wahai kerbau-kerbau yang saya cintai, marilah kita bersama-sama
mengakhiri kemarau panjang ini, ucapnya dengan suara keras membahana yang
disaksikan ribuan kerbau-kerbau. Keadaan menjadi hening, tak ada yang bersuara
saat mendengar suara sang baginda raja yang kelaparan,
“bagaimana caranya wahai sang baginda raja
singa?”, ucap salah satu kerbau putih memecah keheningan.
Sang
baginda raja tersenyum, “kerbau hitam, kerbau putih, kerbau kuning dan semua
kerbau yang memiliki padi di lumbungnya harus menyerahkan separuh padinya pada
istana, dengan itu maka dewa laut, dewa langit, dewa bumi, dewa angin, dewa
gunung dan dewa petir akan menurunkan hujan untuk negeri kacau, ucap sang
baginda raja singa sembari sepasang bola matanya mengkilat-kilat seperti petir
yang menyambar-nyambar.
Para
kerbau itu tak ubahnya robot yang sudah di rancang untuk berjalan satu arah,
tak ada yang perotes apa lagi membangkang, kerbau hitam, kerbau putih, kerbau
kuning dan semua kerbau yang hadir pada saat itu semuanya mengagguk-ngagguk
bodoh tanda setuju.
Esok
harinya tersebarlah berita itu ke seantero negeri kacau, esok pulanya juga
semua kerbau-kerbau memberi separuh padinya terhadap istana, para dewan yaitu
tikus rumah, tikus sawah dan tikus got merasa senang bukan main, karena sebentar
lagi mereka akan makan nasi putih empuk nan bergizi begitupun juga dengan
baginda raja singa. Hari itu baginda raja singa memanggil tikus rumah untuk
menghadap kepadanya karena tikus rumahlah yang menyandang jabatan tertinggi
dari para tikus yang lain, dengan sekejap mata tikus rumahpun menghadap karena
tikus rumah yang licik itu sudah tau pasti bahwa ia akan ditugasi menyimpan
bersa-beras itu. Sebelumnya, biasanya jika tikus rumah di panggil baginda raja
maka tikus rumah yang licik itu tidak akan sekejap mata menghadap baginda raja,
tikus rumah itu biasanya beralasan sakit supaya menghindar dari tugas. Namun
tidak dengan hari ini, dia datang seperti kesetanan, sangat cepat bahkan
terlampau cepat karena dikepalanya yang lonjong itu sudah terngiang-ngiang nasi
empuk nan bergizi dengan kuah rendang yang berlumuran minyak.
“Ada
apa gerangan sang baginda raja memanggil hamba?” ucap tikus rumah dengan
takdzim sembari menundukkan kepalanya yang lonjong itu.
“Kau
simpan semua padi persembahan dari rakyat itu di dalam lumbung yang besar,
separuhya untukku dan separuhnya untuk para dewan”, titah raja pada tikus rumah,
tikus rumah sekali lagi menganggukkan kepalanya yang lonjong itu keatas dan kebawah
sembari meninggalkan sang baginda raja dengan berjalan mundur.
Hari
itu juga tikus rumah mengadakan rapat dadakan dengan tikus sawah dan tikus got
untuk menindak lanjuti sabda dari sang baginda raja singa, dengan sekejap mata
merekapun berkumpul dan mengadakan rapat, “wahai teman-temanku bagaimana
menurut kalian?, sang baginda raja menyuruh kita untuk mengambil separuh padi
dari persembahan rakyat”, ucap ketua dewan yang tak lain adalah tikus rumah.
“Bagus
itu, saya sangat setuju dan senag sekali mendengar berita itu”, ucap tikus got
yang paling bodoh diantara mereka.
“Tidak,
itu tidak bagus”, ucap tikus sawah sembari menggerak-gerakkan telinganya ke
depan dan ke belakang, “coba kalian pikirkan !, si raja singa mengambil
separuh, sedangkan separuhnya di bagi tiga lagi buat kita, apakah itu adil?”,
ucap tikus sawah yang paling cerdik sekaligus picik.
“Betul.
Ini tidak adil ujar ketua dewan, terus bagaimana solusinya?, tambahnya, sembari
melihat tikus got, sedangkan tikus got hanya mengagkat kedua tangannya serta
mengagguk bodoh tanda tak tahu.
“Begini
teman, bagaimana kalau lumbung padi itu kita bakar, terus padinya di simpan di
tempat yang aman, kiranya si raja singa tidak tahu, dan mengira itu memang
betul-betul kebakaran”, ucap tikus sawah mengeluarkan ide liciknya, sembari
mengetok-ngetok kepalanya yang lonjong itu dengan telunjuknya.
“Siapa
yang akan membakarnya?, Tanya tikus rumah.
Sejenak
tikus sawah tersenyum, “anjing”. Ucapnya, suaranya seperti berbisik-bisik, mereka bertigapun
tertawa cekikikan. "Anjing adalah pegawai negeri kacau yang tugasnya
sebagai keamanan negeri".
Malam
itu juga anjing-anjing beraksi dengan tenang membakar lumbung, karena dia
mempunyai surat perintah dari ketua dewan selain itu juga anjing mendapat jatah
dari padi-padi persembahan rakyat itu.
Esok
harinya baginda raja singa geram bukan kepalang mengetahui lumbung itu hangus
di makan si jago merah, lantas sang baginda memanggil tikus rumah untuk
menghadapnya, akan tetapi tikus rumah tidak datang lantaran sakit, kemudian
sang baginda raja memanggil tikus sawah untuk menghadapnya, namun hasilnya juga
nihil, tikus sawah beralasan sakit juga, dan yang terakhir sang baginda raja
memanggil tikus got, tikus got dengan senang hati dengan kebodohannya menghadap
sang baginda raja.
“Ada
apa gerangan yang mulia memanggil hamba?”, ucap tikus got dengan raut muka yang
tenang tak beriak.
“Siapa
yang membakar lumbung?”, ujar sang baginda raja dengan suara garang nan
menggelegar, tikus got hanya diam seribu bahasa dari raut mukanya terlihat
jelas sangat ketakutan serta sepasang kumisnya berdiri ketakutan.
“Siapaaa?.
Bentak sang baginda raja dengan nafas tersengal-sengal dan mata berkilat-kilat
seperti pertir yang menyambar-nyambar, tubuh tikus got menggigil ketakutan
apalagi setelah sang baginda raja mengeluarkan sebilah keris dan cambuk dari
dalam kotak persegi panjang.
“Anjing
sang baginda”, ucap tikus got sembari menahan tubuhnya yang oleng ketakutan,
“panggil anjing ucap sang baginda raja, kemudian anjingpun menghadap.
“Mengapa
kau anjing membakar lumbung itu?”, bentak raja.
“Ketua
dewan yang memberiku perintah serta upah sang baginda”, jawab anjing dengan
ketakutan, “paksa tikus rumah untuk menghadap kepadaku, perintah raja, kemudian
tikus rumahpun menghadap.
“Mengapa
kamu bakar lumbung itu?”, bentak sang baginda raja pada tikus rumah sembari
matanya berbinar-binar dan nafasnay tercengal hebat.
“Itu
rencana dari tikus sawah sang baginda” jawab tikus rumah, menggigil ketakutan,
“paksa tikus rumah menghadapku, sabda sang raja singa, kemudian tikus sawahpun
menghadap dengan kepala yang di lilit sobekan kain.
“Siapa lagi yang ikut dalam persekongkolan ini?”,
ucap raja bersungut-sungut, tawanan itu semua diam membuat hening istana raja.
Esok
harinya baginda raja mengumpulkan kerbau-kerbau dan memenggal kepala para dewan
dan ajing itu di depan mereka, dan kepalanya di jadikan mainan tiang-tiang
bambu yang menjulang tinggi dan dibiarkan dijadikan makanan burung jalak.
Dipertemuan itu juga sang baginda raja singa berpidato seperti pidato pertama,
meminta separuh padi rakyat untuk disembahkan ke istana, rakyatpun mengangguk
bodoh tanda setuju.
Esok
harinya hujan datang dan semua kerbau
senang tak alang kepalang, mereka pikir dewa laut, dewa langit, dewa bumi, dewa
angin, dewa gunung dan dewa petir menerima sesembahannya, sedangkan sang
baginda raja tertawa cekikikan melihat hujan berjatuhan dan melihat
kerbau-kerbau yang dibodohi, hari kedua ketiga keempat dan sampai hari ke tujuh
hujan tidak berhenti juga, banjirpun datang, isi sungai meluap-luap
menenggelamkan rumah-rumah, sawah, istana dan sampai hari ketiga puluh semua
daratan telah rata menjadi lautan, dan tamatlah riwayat negeri kacau itu.
Konon
negeri kacau itu kering lagi dan ada sekumpulan manusia yang mendatanginya dan
namanyapun berubah menjadi negeri Hindia Belanda.