Halaman

Jumat, 15 Februari 2013

AIR BAH DI NEGERI KACAU


Negeri itu bernama negeri kacau, berpenduduk 241.452.952 jiwa. Negeri kacau memiliki ideologi namanya ideologi duo nirwana, penduduk negeri kacau mengartikan duo nirwana itu adalah dua dasar yang menjadi acuan setiap warga negara untuk mencapai kesempurnaan, dasar pertama yaitu “yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya”, sedangkan dasar kedua yaitu “yang bodoh diinjak dan yang pintar menginjak-injak”, namun di negeri itu semua rakyatnya miskin dan bodoh, tak ada yang kaya dan tak ada yang pintar kecuali mereka yang menjadi dewan-dewan.
Pemimpin negeri itu adalah seekor singa, jika berucap tentulah nyaring bunyinya seperti gong namun jika memecahkan masalah tentulah raja itu sangat bodoh dan sangat lamban, raja itu mempunyai dewan-dewan yang sangat licik, dewan itu semuanya tikus-tikus, ada tikus rumah yaitu pemimpin dari tikus-tikus yang lain, ada tikus sawah yaitu bawahan dari tikus rumah, dan ada tikus got yaitu bawahan dari tikus sawah, namun tikus-tikus itu semuanya sangat pintar, pintar berbohong, membohongi semua rakyat.
Rakyat negeri kacau itu adalah kerbau, kerbau yang bodoh tak berpendidikan, karena di negeri itu tidak ada namanya sekolahan, jika musim hujan para kerbau itu bertani dan bercocok tanam jika musim kemarau kerbau-kerbau itu hanya tidur-tiduran dan menyerahkan upeti kepada raja dan para dewan, upeti sifatnya wajib. Jika ada kerbau yang tidak membayar upeti, maka bersiaplah kerbau itu kehilangan kepalanya untuk dijadikan makanan burung jalak dan digantung di tiang-tiang yang menjulang tinggi untuk dijadikan tontonan kepada kerbau-kerbau yang lain, kerbau-kerbau itu sangat patuh terhadap titah raja, karena menurut kepercayaan negeri itu raja merupakan titisan dewa, sehingga melanggar titah raja maka akan mendapatkan musibah tak alang kepalang.
Pada suatu hari terjadilah kemarau panjang, tak ada lagi musim hujan, tak ada lagi tanam menanam, tak ada lagi padi, tak ada lagi jagung apalagi buah-buahan, semasa musim kemarau buah-buahan ludes dimakan kelelawar, tanah negeri itu menjadi retak-retak seperti jurang-jurang yang sangat curam, air hanya ada di laut saja, sehingga banyak diantara kerbau-kerbau itu mati kelaparan dan kehausan, hanya sedikit dari kerbau-kerbau itu yang masih bertahan, biasanya yang masih bertahan itu adalah kerbau-kerbau yang hemat dan rajin menabung padi dalam lumbungnya.
Para penghuni istana mulai kelaparan, tampak para dewan yang terdiri dari tikus rumah, tikus sawah dan tikus got mengadakan rapat mendadak, untuk mengatasi musim kemarau panjang itu, dan hasil keputusan rapat akbar itu keluar, yaitu KERBAU-KERBAU YANG MEMPUNYAI SIMPANAN PADI DILUMBUNG HARUS MENYERAHKAN SEPARUHNYA KEPADA ISTANA.
Keesokan harinya sang baginda raja singa berdiri diatas mimbar dan berpidato sangat lantang, “ wahai kerbau-kerbau yang saya cintai, marilah kita bersama-sama mengakhiri kemarau panjang ini, ucapnya dengan suara keras membahana yang disaksikan ribuan kerbau-kerbau. Keadaan menjadi hening, tak ada yang bersuara saat mendengar suara sang baginda raja yang kelaparan,
 “bagaimana caranya wahai sang baginda raja singa?”, ucap salah satu kerbau putih memecah keheningan.
Sang baginda raja tersenyum, “kerbau hitam, kerbau putih, kerbau kuning dan semua kerbau yang memiliki padi di lumbungnya harus menyerahkan separuh padinya pada istana, dengan itu maka dewa laut, dewa langit, dewa bumi, dewa angin, dewa gunung dan dewa petir akan menurunkan hujan untuk negeri kacau, ucap sang baginda raja singa sembari sepasang bola matanya mengkilat-kilat seperti petir yang menyambar-nyambar.
Para kerbau itu tak ubahnya robot yang sudah di rancang untuk berjalan satu arah, tak ada yang perotes apa lagi membangkang, kerbau hitam, kerbau putih, kerbau kuning dan semua kerbau yang hadir pada saat itu semuanya mengagguk-ngagguk bodoh tanda setuju.
Esok harinya tersebarlah berita itu ke seantero negeri kacau, esok pulanya juga semua kerbau-kerbau memberi separuh padinya terhadap istana, para dewan yaitu tikus rumah, tikus sawah dan tikus got merasa senang bukan main, karena sebentar lagi mereka akan makan nasi putih empuk nan bergizi begitupun juga dengan baginda raja singa. Hari itu baginda raja singa memanggil tikus rumah untuk menghadap kepadanya karena tikus rumahlah yang menyandang jabatan tertinggi dari para tikus yang lain, dengan sekejap mata tikus rumahpun menghadap karena tikus rumah yang licik itu sudah tau pasti bahwa ia akan ditugasi menyimpan bersa-beras itu. Sebelumnya, biasanya jika tikus rumah di panggil baginda raja maka tikus rumah yang licik itu tidak akan sekejap mata menghadap baginda raja, tikus rumah itu biasanya beralasan sakit supaya menghindar dari tugas. Namun tidak dengan hari ini, dia datang seperti kesetanan, sangat cepat bahkan terlampau cepat karena dikepalanya yang lonjong itu sudah terngiang-ngiang nasi empuk nan bergizi dengan kuah rendang yang berlumuran minyak.
“Ada apa gerangan sang baginda raja memanggil hamba?” ucap tikus rumah dengan takdzim sembari menundukkan kepalanya yang lonjong itu.
“Kau simpan semua padi persembahan dari rakyat itu di dalam lumbung yang besar, separuhya untukku dan separuhnya untuk para dewan”, titah raja pada tikus rumah, tikus rumah sekali lagi menganggukkan kepalanya yang lonjong itu keatas dan kebawah sembari meninggalkan sang baginda raja dengan berjalan mundur.
Hari itu juga tikus rumah mengadakan rapat dadakan dengan tikus sawah dan tikus got untuk menindak lanjuti sabda dari sang baginda raja singa, dengan sekejap mata merekapun berkumpul dan mengadakan rapat, “wahai teman-temanku bagaimana menurut kalian?, sang baginda raja menyuruh kita untuk mengambil separuh padi dari persembahan rakyat”, ucap ketua dewan yang tak lain adalah tikus rumah.
“Bagus itu, saya sangat setuju dan senag sekali mendengar berita itu”, ucap tikus got yang paling bodoh diantara mereka.
“Tidak, itu tidak bagus”, ucap tikus sawah sembari menggerak-gerakkan telinganya ke depan dan ke belakang, “coba kalian pikirkan !, si raja singa mengambil separuh, sedangkan separuhnya di bagi tiga lagi buat kita, apakah itu adil?”, ucap tikus sawah yang paling cerdik sekaligus picik.
“Betul. Ini tidak adil ujar ketua dewan, terus bagaimana solusinya?, tambahnya, sembari melihat tikus got, sedangkan tikus got hanya mengagkat kedua tangannya serta mengagguk bodoh tanda tak tahu.
“Begini teman, bagaimana kalau lumbung padi itu kita bakar, terus padinya di simpan di tempat yang aman, kiranya si raja singa tidak tahu, dan mengira itu memang betul-betul kebakaran”, ucap tikus sawah mengeluarkan ide liciknya, sembari mengetok-ngetok kepalanya yang lonjong itu dengan telunjuknya.
“Siapa yang akan membakarnya?, Tanya tikus rumah.
Sejenak tikus sawah tersenyum, “anjing”. Ucapnya, suaranya  seperti berbisik-bisik, mereka bertigapun tertawa cekikikan. "Anjing adalah pegawai negeri kacau yang tugasnya sebagai keamanan negeri".
Malam itu juga anjing-anjing beraksi dengan tenang membakar lumbung, karena dia mempunyai surat perintah dari ketua dewan selain itu juga anjing mendapat jatah dari padi-padi persembahan rakyat itu.
Esok harinya baginda raja singa geram bukan kepalang mengetahui lumbung itu hangus di makan si jago merah, lantas sang baginda memanggil tikus rumah untuk menghadapnya, akan tetapi tikus rumah tidak datang lantaran sakit, kemudian sang baginda raja memanggil tikus sawah untuk menghadapnya, namun hasilnya juga nihil, tikus sawah beralasan sakit juga, dan yang terakhir sang baginda raja memanggil tikus got, tikus got dengan senang hati dengan kebodohannya menghadap sang baginda raja.
“Ada apa gerangan yang mulia memanggil hamba?”, ucap tikus got dengan raut muka yang tenang tak beriak.
“Siapa yang membakar lumbung?”, ujar sang baginda raja dengan suara garang nan menggelegar, tikus got hanya diam seribu bahasa dari raut mukanya terlihat jelas sangat ketakutan serta sepasang kumisnya berdiri ketakutan.
“Siapaaa?. Bentak sang baginda raja dengan nafas tersengal-sengal dan mata berkilat-kilat seperti pertir yang menyambar-nyambar, tubuh tikus got menggigil ketakutan apalagi setelah sang baginda raja mengeluarkan sebilah keris dan cambuk dari dalam kotak persegi panjang.
“Anjing sang baginda”, ucap tikus got sembari menahan tubuhnya yang oleng ketakutan, “panggil anjing ucap sang baginda raja, kemudian anjingpun menghadap.
“Mengapa kau anjing membakar lumbung itu?”, bentak raja.
“Ketua dewan yang memberiku perintah serta upah sang baginda”, jawab anjing dengan ketakutan, “paksa tikus rumah untuk menghadap kepadaku, perintah raja, kemudian tikus rumahpun menghadap.
“Mengapa kamu bakar lumbung itu?”, bentak sang baginda raja pada tikus rumah sembari matanya berbinar-binar dan nafasnay tercengal hebat.
“Itu rencana dari tikus sawah sang baginda” jawab tikus rumah, menggigil ketakutan, “paksa tikus rumah menghadapku, sabda sang raja singa, kemudian tikus sawahpun menghadap dengan kepala yang di lilit sobekan kain.
“Siapa  lagi yang ikut dalam persekongkolan ini?”, ucap raja bersungut-sungut, tawanan itu semua diam membuat hening istana raja.
Esok harinya baginda raja mengumpulkan kerbau-kerbau dan memenggal kepala para dewan dan ajing itu di depan mereka, dan kepalanya di jadikan mainan tiang-tiang bambu yang menjulang tinggi dan dibiarkan dijadikan makanan burung jalak. Dipertemuan itu juga sang baginda raja singa berpidato seperti pidato pertama, meminta separuh padi rakyat untuk disembahkan ke istana, rakyatpun mengangguk bodoh tanda setuju.
Esok harinya hujan datang dan  semua kerbau senang tak alang kepalang, mereka pikir dewa laut, dewa langit, dewa bumi, dewa angin, dewa gunung dan dewa petir menerima sesembahannya, sedangkan sang baginda raja tertawa cekikikan melihat hujan berjatuhan dan melihat kerbau-kerbau yang dibodohi, hari kedua ketiga keempat dan sampai hari ke tujuh hujan tidak berhenti juga, banjirpun datang, isi sungai meluap-luap menenggelamkan rumah-rumah, sawah, istana dan sampai hari ketiga puluh semua daratan telah rata menjadi lautan, dan tamatlah riwayat negeri kacau itu.
Konon negeri kacau itu kering lagi dan ada sekumpulan manusia yang mendatanginya dan namanyapun berubah menjadi negeri Hindia Belanda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar